• Kalo kamu memang Anak generasi 90an, pasti sudah memasuki fase di mana menunggu Doraemon dan Nobita Serta...
  • Daftar Album Lagu Ungu Religi Terbaru Komplit
  • Meski diangkat dari komik dari DC yang melahirkan beberapa manusia super kelas kakap seperti Superman atau Batman, tetapi tidak berlaku untuk film ini. Dia adalah Harley Quinn.

THE MYSTERY OF DRAGON SEAL (2020) REVIEW: Film Kolaborasi 3 Negara yang Menarik

C:\Users\user\Downloads\Poster.jpg

Emang Mola TV ini banyak banget hidden gems-nya. Apalagi, ada banyak banget pula film-film eksklusif yang tayang di sana. Setelah kemarin, Waiting for The Barbarians yang baru saja ditonton lewat streaming service satu ini. Akhirnya berkesempatan juga nonton The Mystery of Dragon Seal yang hanya tayang eksklusif di sana. Yang bikin menarik adalah di film ini adalah hasil kolaborasi dari 3 negara yaitu Inggris, Rusia, dan China.


Selain itu, ada dua aktor legendaris yang ternyata bisa juga bermain di dalam satu frame. Mereka udah jago-jago banget pula kalo mainnya di film-film aksi kayak gini. Mereka adalah Jackie Chan dan Arnold Schwarzenegger!


Nonton Jackie Chan dan Arnold Schwarzenegger di satu film?


Ini nih yang ditunggu-tunggu. Dua legend film action bisa ada di satu frame. Ini nih yang terjadi di film The Mystery of Dragon Seal. Film ini disutradarai oleh Oleg Stepchenko yang berkebangsaan Rusia. Itu lah kenapa film ini juga syuting di 3 negara yang berbeda. Dari negara Inggris, Rusia, dan China. Menarik karena ada banyak budaya juga yang bisa ditampilkan di dalam filmnya.


Yang menarik adalah ternyata film ini adalah sekuel dari film Forbidden Empire yang juga disutradarai oleh Oleg Stepchenko. Film ini pun berdasarkan buku yang ditulis oleh Nikolai Gogol. Selain Jackie Chan dan Arnold Schawarzenegger, film ini juga dibintangi oleh actor Inggris bernama Jason Flemyng. Tentu, film ini bakal penuh dengan banyak aksi.


Meski sebagai sebuah sekuel, The Mystery of Dragon Seal ini bisa berjalan sebagai sebuah film sendiri. Penonton awam yang tak mengikuti film ini juga tetap bisa terhibur dengan segala petualangannya dan aksinya yang lumayan menghibur. Ini mungkin menjadi daya Tarik dari film The Mystery of Dragon Seal selain dua nama aktor legendaris yang berada di satu frame.


Masalah cerita, ini mungkin agak rumit untuk diikuti bagi yang belum mengikuti film pertamanya. Jadi, harus diperhatikan betul agar nantinya bisa mengikuti segala keseruan petualangan cerita di 2 jam film ini.


The Mystery of Dragon Seal ini menceritakan tentang seorang penjelajah dari Inggris bernama Jonathan Green yang melanjutkan misi perjalanannya. Dia diutus oleh Peter The Great (Yuri Kolokolnikov) untuk melakukan perjalanan ke daerah Rusia Timur. Perjalanannya ini bakal berlangsung sampai China. Tapi, di tengah perjalanannya, dia bertemu dengan berbagai macam karakter dan petualangan baru. Di sini nih masalah muncul, ada misteri yang perlahan terkuak hingga akhirnya memunculkan peperangan yang besar. 


Mungkin ada berbagai macam cerita yang berusaha disampaikan dari The Mystery of Dragon Seal. Ini yang membuat penonton untuk ekstra perhatian agar tidak salah memahami jalan ceritanya. Tapi, penonton pun bisa menikmati kisah-kisah dunia di dalam film ini yang sangat menarik. Ada banyak creatures lucu, menggemaskan, dan menarik yang bisa ditonton sepanjang film. Bagi penonton yang suka dengan film-film serupa ini mungkin gak boleh ketinggalan. 


Building universe dan sinematografi di The Mystery of Dragon Seal ini punya banyak banget potensi untuk jadi sajian yang lebih besar. Dengan segala unsur fantasi yang ada, The Mystery of Dragon Seal masih bisa jadi tontonan hiburan. Memandangi visual efeknya dengan vibran yang menarik saja sudah oke. Ditambah dengan melihat Jackie Chan dan Arnold Schwarzenegger berada di dalam satu adegan dengan spektakel aksi yang lumayan seru.


Film kerjasama dengan 3 negara ini dinaungi oleh salah satu production house dari China yang juga Jackie Chan turut andil. Jadi, bisa banget buat kamu masukin The Mystery of Dragon Seal di dalam daftar tontonan kamu. Setidaknya kamu tahu gimana sih film yang menggabungkan 3 negara dalam pembuatannya. Kultur seperti apa yang bakal tampil di dalam film tersebut.


Nah, film ini tayang secara eksklusif hanya di Mola TV nih. Dengan langganan paket yang murah juga kok. Cuma Rp12.500 per bulannya dan kamu bisa tonton The Mystery of Dragon Seal bagi yang penasaran. Selain itu, ada banyak hidden gems juga di dalam streaming service satu ini! Tonton filmnya di SINI

MULAN (2020) REVIEW: Remake yang Berbeda Tapi Masih Magis!

“Who is that girl I see… Staring straight, back at me.”

Iya, lagu di atas adalah lagu dari proyek live-action Disney terbaru, Mulan. Film yang diadaptasi dari film animasinya ini melanjutkan misi Disney untuk menceritakan ulang kisah-kisah animasinya terutama karakter Disney Princess. Setelah Cinderella, Beauty and The Beast, dan Aladdin, kini tiba saatnya seorang Disney Princess yang terlibat dalam perang penting, Mulan.


Ada keputusan berbeda yang dilakukan Disney dan sutradaranya, Niki Caro, dalam menerjemahkan ulang kisah dari Mulan ini, yaitu….


Menghilangkan unsur musikal di dalamnya.


Keputusan yang besar dan berisiko apalagi untuk para penggemar film animasi Mulan versi Disney ini. Mungkin akan hilang sakralnya bila tidak ada lagu “Reflection” dan lagu-lagu lainnya di dalam versi live action ini. Ada beberapa perubahan pula dalam karakter di dalam film ini terlebih ke karakter love interest dari karakter Mulan itu sendiri yaitu Li Shang. Serta, Mushu dan Cricket, dua karakter sidekick yang cukup ikonik.



Tapi, Disney tetap berusaha untuk meyakinkan penggemarnya. Diawali dengan pemilihan casts yang tepat. Apalagi, Liu Yifei yang berhasil menyita perhatian banyak orang karena dianggap sangat cocok untuk memerankan karakter ini. Beberapa nama besar pun juga turut andil. Mulai dari Donnie Yen, Andy Lau, hingga Gong Li. Serta, trailer film yang sangat menggugah selera. Lantas, hal ini membuat orang-orang menantikan filmnya rilis. Hingga, 2 minggu sebelum rilis, Mulan terpaksa harus berubah tanggal karena pandemi menyerang.


Nasib Mulan berada di ambang batas hingga akhirnya Disney memutuskan untuk merilis film ini lewat streaming service miliknya, Disney+. Tetapi, untuk bisa menonton film ini pun, Disney mematok harga tambahan untuk Disney+ Premier Access di negara US yaitu 29.99 dolar dan dalam rupiah sebesar Rp439.000.


Ya, sangat disayangkan memang. Mulan hanya bisa disaksikan dalam format yang tak seharusnya. Dari trailer pun, mise-en-scene film ini pantas untuk disaksikan di layar lebar.



Di luar nasibnya yang hanya tayang eksklusif di VOD dengan akses tambahan, Mulan sebagai film ini sendiri berhasil tampil sangat prima. Segala perubahan dan perbedaan yang terjadi di film live action-nya ini tak bisa menutupi segala kemagisan Mulan secara keseluruhan. Tak hanya magis, film ini pun penuh akan aksi yang megah dengan sentuhan emosi yang kuat.


Oh tentu saja, Mulan versi ini sebenarnya inti ceritanya tak jauh berbeda dengan film animasinya. Di mana, di sebuah pojokan kampung kecil ini, tinggallah salah satu keluarga dari Hua Zhou (Tzi Ma) yang beranggotakan Istri dan 2 orang anak perempuannya. Salah satunya bernama Hua Mulan (Liu Yifei). Dia menjadi sosok perempuan yang lebih suka melakukan hal-hal yang berbeda dibanding perempuan yang lain. Hingga suatu ketika, The Emperor memutuskan untuk mencari balada perang untuk melawan Bori Khan (Jason Scott Lee) yang ingin berkuasa. 


Setiap anggota keluarga wajib mengutus satu anggota laki-laki dalam keluarganya untuk menjadi relawan. Hua Zhou yang menjadi satu-satunya anggota laki-laki di keluarga ini tentu merelakan dirinya. Tapi, Mulan tak tinggal diam. Dia berkorban untuk menyelamatkan sang Ayah dan keluarganya untuk berperang melawan Bori Khan dan menyelamatkan The Emperor dari kehancuran.



Dengan cerita yang sama, tapi ada yang beda. Apa ya?


Remake dari Mulan ini memang sedikit berbeda dengan yang lainnya. Jika diperhatikan, Mulan versi Niki Caro ini memang sedikit berkurang rasa “Disney” seperti remake live action sebelumnya. Tanpa musikal, tanpa kesan-kesan fantasinya, Mulan live action ini punya rasa baru tapi tak kehilangan identitasnya sebagai film dari Disney.


Sang sutradara tahu bahwa Mulan ini memang ingin melakukan misi baru pula sebagai sebuah film yang berdasarkan kisah yang pernah ada. Tapi, Niki Caro juga tak ingin begitu saja menghilangkan kekhasan dari film-film Disney yang lain. Masih ada sedikit sentuhan fantasi yang berusaha ditempelkan di beberapa mise-en-scene di filmnya. Mulai dari warna, pengambilan kamera, hingga sedikit sentuhan fantasi di dalam filmnya meski tak sesignifikan itu.


Niki Caro mengubah Mulan ini tetap menarik untuk diikuti meskipun kisahnya familiar. Rendisi terbarunya ini malah mengulik bagaimana karakter Mulan ini berkembang dan bisa menjadi representasi bagi para perempuan untuk menentukan hidupnya sendiri. Perjalanan karakternya bisa menggugah hati penontonnya untuk simpati. Ditambah Liu Yifei berhasil bermain dengan sangat kuat sebagai karakter Mulan itu sendiri.

Poin menarik yang ditambah dari film Mulan ini adalah dengan adanya karakter tambahan bernama Xianning. Karakter seakan berusaha memberikan kasus tentang dua mata pedang.  Dengan dua problem yang sama, perempuan bisa saja dipersepsikan berbeda. Hingga bagaimana perempuan itu sendiri bisa menyikapi dan membuktikan dirinya bahwa persepsi buruk yang dibuat oleh masyarakat itu salah. Maka dari itu, perempuan juga membutuhkan bantuan dari perempuan lain. Dengan bersama-sama, mereka saling membantu untuk menghilangkan paradigma itu.


Nilai-nilai konversi ini mungkin muncul dari sutradara Niki Caro sebagai seorang perempuan. Bisa jadi dia ingin sekali menjadikan Mulan sebagai simbol akan perempuan yang berbeda dan dipersepsikan dengan baik oleh masyarakat. Bahwa, perempuan juga bisa melakukan pekerjaan laki-laki tanpa perlu takut untuk dipersepsikan buruk. Melawan paradigma “kodrat perempuan” harus di rumah untuk mengharumkan nama keluarga. Padahal, potensi seorang perempuan bisa saja lebih dari itu.



Jangan lupakan bagaimana Niki Caro juga berhasil memunculkan adegan pertempuran yang luar biasa mengagumkan. Diambil dengan shot-shot cantik tapi tak mengurangi intensitas dari adegan pertempuran itu sendiri. Lalu, ada tribute shot by shot di film animasinya yang dilakukan di film live action-nya ini. Sehingga, Mulan live action tidak melupakan source utamanya.


Jadi, sebagai film live action remake dari cerita klasik Disney, Mulan adalah sajian yang sangat memuaskan. Meskipun berbeda pendekatan dibanding film-film remake Disney sebelumnya, tapi film ini teteap berhasil tampil sangat prima dan sangat menghibur penontonnya. Dibalut pula dengan gambar cantik dengan scoring megah dengan hint lagu Reflection. Sehingga, tanpa adegan musikalnya pun, Mulan sangat menghipnotis. Masih magis!



Sebuah catatan kecil dari penulis:
Nonton film ini dengan Disney+ Premier Access (iya, akhirnya purchase juga) dan layar kecil saja masih magis. Dampaknya mungkin bisa lebih besar lagi, jika film ini bisa tayang di Bioskop. Mari berharap, semoga saja film ini bisa tayang di saat bioskop nanti bisa buka. 

GURU-GURU GOKIL (2020) REVIEW: Komedi dengan Isu Menarik Penuh Potensi

Setelah The Night Comes for Us, satu lagi film Indonesia yang diserahkan jadi Netflix Originals. Guru-Guru Gokil, film milik Base Entertainmentyang menggaet Dian Sastrowardoyo sebagai salah satu produser ini dilepas menjadi film asli Netflix dari Indonesia yang bisa ditonton hingga 190 negara. Sebelum pandemi dating, film ini tentu sudah dijadwalkan menjadi film yang rilis di Bioskop. Tetapi, sebuah keputusan yang menarik, karena Guru-Guru Gokil akhirnya dirilis di 17 Agustus kemarin lewat streaming service.

Film ini tentu punya kesempatan untuk hadir ke penontonnya dengan jangkauan yang lebih luas. Penonton yang sudah langganan Netflix memiliki privilege untuk bisa menyaksikan film arahan Sammaria Sari Simanjuntak ini terlebih dahulu. Melihat dari jajaran pemainnya, tentu saja menarik. Melihat performa Gading Marten, Faradina Mufti, Boris Bokir, Asri Welas, bahkan Dian Sastrowardoyo berada di satu film yang sama dengan genre komedi.

Kisah yang diambil juga punya perspektif yang unik. Berusaha untuk mengambil dunia pendidikan sebagai latar belakangan ceritanya dengan tambahan-tambahan intrik lain. Dari trailer, tentu penonton akan tahu, bahwa film ini bukan sekedar drama komedi slice of life, tapi juga menggabungkan unsur heist yang jarang ada di peerfilman Indonesia.


Unik, menarik, tapi kok……

Iya, tapi kok, kayanya kok belum keluar semua potensinya, ya. Ada banyak hal menarik yang diangkat dari film ini. Dari komedi tentang keluarga, pendidikan, dan juga sekaligus memberikan kritik tentang pendidikan itu sendiri. Hanya saja, ceritanya tumpang tindih, ada banyak yang ingin disampaikan tapi hanya sedikit waktu dan tak mau terlalu memperpanjangkan durasi film ini sendiri. Jadinya ya….. Guru-Guru Gokil belum representatif betul dengan kata “Gokil” di dalam judulnya.

Cerita dari Guru-Guru Gokilini awalnya datang dari seorang karakter bernama Taat Pribadi (Gading Marten). Dia adalah anak dari seorang guru yang terkenal di kampong halamannya. Tapi, Taat berbeda dengan namanya. Dia mencoba untuk memberontak, mencari peruntungan di kota lain untuk mencari nafkah. Sayang, usaha dia belum membuahkan hasil. Jadi, Taat harus kembali ke kampung halamannya. Mencari nafkah di sana dengan jadi profesi yang paling tidak dia inginkan.

Ya, Jadi Guru. Profesi yang ditakutin banget sama Taat. Tapi, ini salah satu caranya biar dia bisa mendapatkan uang agar bisa mendapatkan pekerjaan impiannya yang lain. Seketika dia jadi guru pun, ada aja masalahnya. Bukan cuma masalah pribadi, tapi masalah yang lebih besar. Ada perampokan yang terjadi di sekolah tempat Taat bekerja. Bersama guru-guru yang lain, seperti Rahmi (Faradina Mufti), Nirmala (Dian Sastrowardoyo), dan Pak Manul (Boris Bokir).


Lika-liku kehidupan pak Taat ini memang menarik. Sayang, tak semua kegelisahan pak Taat bisa tersampaikan dengan baik. 30 menit pertama dari Guru-Guru Gokil ini terasa penuh banget dengan konflik cerita yang ingin disampaikan. Semacam ada rasa buru-buru untuk mengenalkan karakter Taat hingga kahirnya masuk ke dalam konflik sebenenarnya di dalam film ini.

Mungkin benar, jika sang produser di beberapa interviewnya mengatakan bahwa film Guru-Guru Gokil ini mengatakan bahwa film ini tak menitikberatkan setting sekolahnya. Tapi, lebih tentang konflik lain yang lebih besar. Hanya saja, dengan karakter Taat dan keluarganya yang memiliki backgrounditu, sepertinya sedikit sayang apabila setting sekolahnya pun tak digali. Apalagi, dalam konklusinya, film ini menggunakan karakter-karakter pendukung di sekolah yang berperan penting.

Ini nih yang bikin Guru-Guru Gokil mungkin kurang terikat dengan karakternya satu sama lain. Tapi, buat kamu yang menonntonnya sebagai hiburan semata, tentu saja film ini bakal memenuni ekspektasi. Meski beberapa celotehan komedinya ada beberapa yang missed, tapi berkat jajaran pemainnya, ada vibe komedi yang bisa terbawa. Dan nuansa komedi kental itu berasal dari karakter Dian Sastrowardoyo.


Dian Sastrowardoyo dengan peran kecilnya yang mencuri perhatian.

Memang kita tak bisa mengelak fakta bahwa Dian Sastrowardoyo bisa selalu bisa mencuri perhatian di film-filmnya. Salah satunya juga di film Guru-Guru Gokil ini. Dalam peran kecilnya sebagai Ibu Nirmala yang berbeda disbanding karakter-karakter Dian Sastrowardoyo biasanya, dialah penyelamat filmnya. Setiap dirinya berada di adegan, berhasil mengubah filmnya jadi lebih ceria.

Tapi, bukan berarti casts yang lain tak bisa bermain dengan prima. Faradina Mufti sebagai Ibu Rahayu yang judes-judes lucu juga tetap kuat sebagai pemeran utama dalam perjalanan cerita di Guru-Guru Gokil. Meskipun, poin ketertarikan sisi lain dari Bu Rahayu ini belum tersampaikan dengan kuat lantaran cerita-cerita lain yang padat dan membuat semuanya terdistraksi.

Hanya saja kembali lagi, buat yang ingin nonton film Indonesia lagi di saat Pandemi, Guru-Guru Gokil ini bikin rindu nonton film Indonesia di bioskop. Guru-Guru Gokil masih punya cukup amunisi untuk menghibur karena masih dibuat gak main-main. Isunya juga penting sebagai refleksi meski tak digali lebih dalam. Masih bisa ditonton meski potensinya bisa diperkuat lagi.