• Kalo kamu memang Anak generasi 90an, pasti sudah memasuki fase di mana menunggu Doraemon dan Nobita Serta...
  • Daftar Album Lagu Ungu Religi Terbaru Komplit
  • Meski diangkat dari komik dari DC yang melahirkan beberapa manusia super kelas kakap seperti Superman atau Batman, tetapi tidak berlaku untuk film ini. Dia adalah Harley Quinn.

WAITING FOR THE BARBARIANS (2020) REVIEW: Kisah menarik Tentang Keadilan untuk Barbarians

Sekarang udah ada banyak banget aplikasi streaming yang bisa kamu cobain. Apalagi saat gak bisa ke mana-mana seperti ini, asupan nonton film juga harus makin beragam. Setelah iseng lama mencari, ketemu lagi dengan salah satu streaming providers namanya Mola TV. Ya, tentu aja, setiap streaming providers punya library yang berbeda-beda. Tapi, Mola TV ini juga gak kalah kerennya.

Hidden gems film di library filmnya bikin tertarik!

Ini dia alasan kenapa Mola TV bisa jadi pilihan buat kamu yang suka nonton film. Beberapa filmnya unik-unik dan jarang kamu temuin di streaming providers yang lain. Satu film yang bikin tertarik adalah Waiting for The Barbarians. Dari poster terlihat menarik, karena ada Mark Rylance sebagai pemeran utamanya. Tapi, ada juga Johnny Depp dan Robert Pattinson. Sehingga, langsung ada keinginan untuk cari tahu film ini lebih dalam.

Waiting for The Barbarians adalah fitur film terbaru dari sutradara Ciro Guerra. Salah satu sutradara asal Columbia yang filmnya berjudul Embrace of the Serpants mendapatkan nominasi Best Foreign Language Film di tahun 2015. Film keduanya berjudul Birds of Passage juga mendapatkan banyak respon positif. Sehingga, cukup menarik ketika Ciro Guerra memutuskan untuk membuat project film satu ini.

Film ini diangkat dari novel yang cukup legendaris dari J.M. Coetzee dengan judul yang sama dan mendapatkan penghargaan. Menarik melihat gimana Ciro Guerra mengarahkan film berbahasa inggris pertamanya dan mengadaptasi langsung novel yang mendapatkan penghargaan.

Menceritakan tentang seorang Magistrate (Mark Rylance) yang berada di sebuah daerah yang terisolasi. Di tengah dirinya yang akan pensiun, datanglah sosok Kolonel Joll (Johnny Depp) yang otoriter. Dia suka sekali menyiksa para Barbarians saat menginterogasi. Sang Magistrate yang tak sanggup hatinya ini berusaha untuk melakukan pembelaan dan pemberontakan.

Hingga ketika sang Kolonel Joll pergi dari daerah tersebut, sang Magistrate memikirkan rencana agar Barbarians mendapatkan keadilan. Bahkan, membebaskan para tawanan yang diinterogasi oleh Kolonel Joll. Hingga suatu ketika, Magistrate menemukan seseorang bekas tawanan yang mengalami patah tulang kaki keduanya akibat disiksa. Magistrate merasa terikat dengannya dan berusaha mengembalikan dirinya ke keluarga asalnya.

Kisah menarik tentang otoritas, pemberontakan, dan perjuangan demi keadilan.

Menarik mengikuti Waiting for The Barbarians ini di durasinya yang mencapai 110 menit. Memperlihatkan kisah sang Magistrate yang berusaha keras mengembalikan keadaan yang sangat otoritas dari Kolonel Joll. Mark Rylance mampu memberikan performa yang menarik sebagai karakter utama di dalam film ini. Sehingga, kegundahan dan keresahan karakter utamanya ini bisa tersampaikan ke penontonnya.

Film ini memperlihatkan betul bagaimana masih ada banyak orang yang menyalahkan kuasa di era sebelumnya. Bahkan, kisah-kisah ini tentu masih saja relevan bagi segelintir orang yang tak bertanggung jawab seperti karakter Kolonel Joll. Kekuasaan menjadi hal yang paling utama tanpa memikirkan rasa kemanusiaan terhadap sesama.

Juga, tentang bagaimana seseorang berusaha keras untuk membuat semua orang merasakan kesempatan hidup yang sama bebasnya dengan yang lain. Magistrate yang berusaha menegakkan keadilan ini pun malah mempunyai banyak jalan terjal. Banyak sekali hal-hal yang harus dia korbankan dan juga penuh perjuangan.

Kisahnya bergulir perlahan dan pelan dengan konflik cerita penuh akan intrik. Bagi yang suka film dengan penuturan drama seperti ini, pasti akan tertarik untuk menontonnya sampai habis. Tapi, sebuah catatan kecil untuk film ini adalah bagaimana beberapa karakternya masih belum digali lebih dalam. Padahal, jika ada sedikit saja latar belakang cerita di satu karakter utama yang penting ini, film ini mungkin akan lebih bagus dan emosional lagi.

Tapi, tata set dan sinematografi di film ini juga berhasil membuat penonton merasakan bahwa Waiting for The Barbarians dibuat tidak main-main. Ada kemegahan yang bisa terpancar dibantu dengan beberapa sinematografi yang indah untuk menangkap set-set itu.

Ada banyak intrik yang hadir di Waiting for The Barbarians yang perlu untuk disimak. Kisahnya relevan, penting, dan menarik untuk diikuti sampai habis. Mengetahui Johnny Depp, Robert Pattinson, dan Mark Rylance berada di satu film dan saling adu akting menjadi kekuatan utama dari filmnya. Tanpa mereka, film ini mungkin tak sekuat sekarang. Bahkan, bisa jadi menjadi salah satu daya Tarik buat penonton untuk nonton film ini.

Buat yang penasaran sama filmnya, Waiting For The Barbarians hanya tayang secara eksklusif di Mola TV. Cara nontonnya tinggal langganan aja sebulan dan kamu bisa akses berbagai macem film yang keren-keren. Murah pula, cuma Rp12.500 per bulannya! Atau kamu bisa langsung bisa tonton di sini.

SCOOB (2020) REVIEW: Babak Pertama sebuah Universe yang Belum Berkesan

Buat anak kecil di tahun 90an, nonton Scooby Doo di stasiun televisi lokal saat sore hari emang masa-masa yang indah. Film animasi dari Hanna Barbera ini tentu melekat di hati. Tak salah, apabila di era yang baru ini, karakter-karakter ikonik berusaha dikenalkan kembali. Sebelumnya pun, geng Mystery Inc. sudah punya kesempatan untuk tampil lewat versi live action dan memiliki 2 seri.

Pendekatan Scooby Doo kali ini menggunakan genre animasi. Salah satu cara yang tepat sebenarnya karena masih in line serial ini dirilis. Scoob, proyek terbaru dari Warner Bros Animation ini digadang sebagai pembuka utama di Hanna Barbera Animation Universe. Ditangani juga dengan orang-orang yang sudah pernah berkecimpung di project Hanna Barbera yaitu Tony Cervone. Dibantu oleh Kelly Fermon Craig di lini penulisan naskah.


Scoob tentu dengan mudah merebut hati orang-orang yang tumbuh dan besar dengan Scooby Doo saat kecil. Pecinta film animasi pun juga menunggu Scoob dengan animasinya yang menggemaskan dari trailernya. Sayangnya, hal-hal menarik itu hanya bisa terpancar dari trailer saja. Secara keseluruhan, Scoob ternyata penuh banyak ambisi dan tak bisa menjadi sajian yang solid.


Ambisi membuka universe yang tak sepenuhnya berhasil.

Mungkin kata itu lebih tepat untuk menggambarkan film Scoob secara keseluruhan. Scoob hanya tempat bagi Warner Bros Animation Pictures menaruh banyak pion untuk membuka universe baru. Tujuan itu sebenarnya tidak menjadi problem jika filmnya sendiri bisa diarahkan dengan baik. Sayangnya, Tony Cervone ini malah menjadikan Scoob menjadi film animasi yang generik.

Mungkin niat Kelly Fermon Craig ingin membuat Scoob tak terpaku dengan formula dari serial animasinya. Sayangnya, itulah yang malah membuat Scoob seakan kehilangan identitas. Tidak ada petualangan menarik dari tim Mystery Inc. yang bisa diikuti. Tanpa karakter-karakter dari serial animasi Scooby Doo, plot ceritanya bisa ditemukan di film-film animasi yang lain. Padahal, Scoob dimulai dengan cerita persahabatan Shaggy (Will Forte) dan Scooby Doo (Frank Welker) yang cukup menjanjikan.

Setelah itu, cerita bergulir seakan-akan penonton sudah mengetahui problem-problem yang pernah dilalui oleh para karakter Mystery Inc. Di mana, Fred (Zac Efron), Daphne (Amanda Seyfried), dan Velma (Gina Rodriguez) sudah merencanakan untuk melakukan misi terbaru dengan rekan lama mereka Simon Cowell (Simon Cowell). Seakan-akan penonton sudah tahu kerjasama apa yang sudah mereka lakukan sebelumnya.

Ada missing line yang membuat penonton terasa berjarak dengan para karakter dan plot ceritanya. Inilah yang membuat Scoob tidak spesial dan terasa menjadi sebuah sekuel dari film-film Scooby Doo yang gak pernah ada. Cerita kedatangan Blue Falcon (Mark Wahlberg) juga terasa tiba-tiba. Seketika itu, Shaggy dan Scooby ditarik untuk bergabung dalam misi Blue Falcon membasmi kejahatan. Mereka harus mencari cara untuk menghentikan misi musuhnya, Dick Dastardly (Jason Isaacs) yang ingin menculik Scooby menjadi umpan datangnya Dogpocalypse.

Ajang nostalgia yang menjadi bumerang.

Karakter-karakter seperti Dick Dastardly, Dynomutt, Blue Falcon, Captain Caveman yang dimasukkan ke dalam film ini terasa hanya sebagai pelengkap. Sebagai hint atau teaser untuk universe baru memang, hanya saja keberadaannya hanya menambah kontribusi atas tumpang tindihnya cerita. Scoob yang sudah kehilangan identitas ceritanya, ditambah ceritanya yang menumpuk menjadikan 95 menit film ini sangat melelahkan untuk diikuti.

Fans-fans karakter fiksi Hanna Barbera tentu akan notice dengan keberadaan mereka dan cukup membuat mereka bahagia. Tetapi, tentu keberadaan mereka hanya sebagai cameo yang datang dan pergi. Tidak memberikan kesan dan signifikansi untuk keberlangsungan plotnya. Bahkan, dengan nama-nama besar di dalamnya, Scoob juga belum bersinar terang.

Karakter-karakter dari tim Mystery Inc. tidak bisa hidup. Bahkan, Shaggy dan Scooby di film ini pun tak terasa memiliki ikatan satu sama lain. Dampaknya, film ini berjalan begitu saja tanpa memberikan satu tanjakan emosi yang bisa menarik perhatian penonton. Potensi-potensi yang dimiliki oleh Scoob seakan sirna karena pengarahan Tony Cervone yang masih lemah.


Sehingga, setelah filmnya selesai, Scoob hanya menjadi hiburan di kala senggang yang tak meninggalkan kesan. Bisa saja, ini akan berdampak kepada Hanna Barbera Cinematic Universe selanjutnya. Tidak ada hype yang dibangun dari film Scoob dan membuat linimasa film selanjutnya belum disambut meriah. Mungkin hanya sebagian pasarnya saja yang bergairah untuk menantikan babak selanjutnya. Ditunggu saja.

Available on HBO Max and Rent on iTunes.